Text

..-SELAMAT DATANG-..
Presiden Ir. Soekarno pernah mengatakan bahwa 'Hidup Matinya Suatu Bangsa ada pada sektor Pertanian'. Negara Indonesia adalah negara agraris, dimana sektor pertanian masih menjadi tulang punggung negara ini untuk tetap berdiri dan berlari. Sudah waktunya sektor pertanian kembali bangkit untuk membawa Indonesia menuju kejayaannya, dan kitalah MAHASISWA PERTANIAN yang akan menorehkan tinta emas itu.

Selasa, 13 September 2011

Menambah Pendapatan Petani & Regenerasi Petani

Oleh: A. Sugiarto

Sumber daya alam yang diberikan Tuhan kepada negeri ini sudah sepantasnya kita syukuri. Indonesia yang sebagian besar penduduknya adalah petani dari berbagai komoditi sangat lah potensial jika dikembangkan secara baik dan benar. Sektor pertanian mulai dari hulu sampai hilir (produksi hingga pengolahan) memiliki nilai bisnis dan nil...ai ekonomi yang sangat baik bahkan mampu memberikan kontribusi pendapatan devisa negara serta mampu menciptakan lapangan pekerjaan. Kita patut bangga dan bersyukur bahwa Indonesia adalah pelopor swasembada pangan selain itu Indonesia juga merupakan tempatnya belajar negara-negara asia tenggara seperti Vietnam dan Bangkok bagaimana mengembangkan pertanian, namun apa yang terjadi setelah itu? Bangkok dan Vietnam justru lebih baik pertaniannya di banding Indonesia, apa yang salah dan keliru dengan semua ini? Bukan tanpa alasan bahwa pertanian mereka lebih baik dari kita contoh nyata, produk-produk pertanian mereka lebih mendominasi di pasaran Indonesia mulai dari pasar tradisional hingga pasar modern, lalu dimanakah letak kesalahan pertanian kita? 
          Tidak bisa di pungkiri lagi bahwa untuk membangkitkan pertanian kita adalah bagaimana caranya agar para petani bisa menambah pendapatannya selain dari komoditi yang sudah mereka tanam, karena hanya dengan begitu para petani ada nilai tambah pendapatan. Misalkan jika petani hanya memiliki atau menanam satu komoditi saja (padi, jagung, kedelai, sayur, buah dan lain-lain) maka nilai bisnis atau nilai ekonomi yang di dapatkan setelah panen dan terjual berapa? Setelah panen petani harus mengembalikan hutang atau biaya produksi seperti membeli bibit dan pupuk (ini assumsi jika petani menanam komoditi tersebut sendiri tanpa tenaga buruh) namun bagaimana jika harus dengan membayar tenaga buruh? Belum lagi jika keluarga petani mempunyai anak yang masih sekolah, semurah-murahnya biaya pendidikan di negeri ini tetap harus ada biaya yang dikeluarkan. Biaya-biaya lain yang harus dikeluarkan oleh keluarga petani tidak hanya berhenti sampai disitu masih banyak yang harus dikeluarkan oleh keluarga petani. Alkisah dalam keluarga petani yang terdiri dari bapak petani, ibu petani dan 2 orang anak petani, pada suatu sore setelah panen dan hasil panen terjual terlibat pembicaraan antara pak tani dan ibu tani. Dalam diskusi atau kelakar antar pak tani dan ibu tani tersebut, pak tani memiliki satu keinginan yaitu jika pulang dari ladang atau sawah ingin merasakan minum air dingin yang segar (jika di kota air tersebut ada di dalam kulkas, namun untuk dapat minum air dingin tersebut tidak harus punya kulkas dengan dispenser pun dapat) namun setelah disampaikan maksud tersebut kepada bu tani, dengan panjang lebar bu tani menjelaskan bahwa uang hasil penjualan panen sudah sangat minim bahkan minus jika harus menuruti keinginan pak tani tersebut. Ironis…………..bahkan sangat ironis, jika keluarga petani menginginkan (dispenser atau kulkas) untuk dapat minum air dingin seperti orang-orang kota saja hanya sebatas mimpi, pertanyaannya apakah berlebihan keinginan pak tani tersebut? Sementara pengambil-pengambil kebijakan di negeri ini bisa mendapatkan atau memperoleh keinginan nya bahkan melampaui dari yang mereka dapatkan.
          Oleh karena itu yang harus dipikirkan atau solusi dari masalah tersebut adalah dengan menambah jumlah komoditi yang ditanam oleh petani yang nilai jualnya atau nilai ekonomis nya bisa menutupi biaya pengeluaran yang selama ini mereka hadapi. Disini lah peran dan tugas dari pemerhati yang peduli terhadap petani, kita tidak bisa terlalu berharap banyak kepada pemerintah sekalipun itu tugas dari pemerintah namun dengan terlalu kompleksnya permasalah di negeri ini hingga sektor pertanian terabaikan.

Regenerasi Petani.

Ini hal yang terlupakan atau bahkan dilupakan oleh pemerintah, seiring dengan perjalanan waktu pemerintah harus segera memikirkan generasi petani dikemudian hari jika tidak, maka yang akan terjadi adalah negeri ini akan menjadi negeri pengimpor produk-produk pertanian. Stigma bahwa petani itu kotor, dekil, kumel dan bau . namun uang hasil panennya tidak bau. Harus segera di rubah, kembali lagi peran dan tugas dari pemerintah lah yang mestinya melakukan ini. Di keluarga petani adakah diantara anak-anak petani yang melanjutkan menjadi petani? Sekalipun ada mungkin dapat dihitung dengan jari atau bahkan sangat jarang, ada stigma bahwa menjadi petani itu adalah pilihan bagi orang-orang yang gagal atau bangkrut dan ini benar-benar terjadi di daerah Lampung. Saya mendengar langsung dari teman saya yang orang tuanya adalah pedagang di salah satu pasar di wilayah Lampung, namun karena keingintahuan yang besar dari teman saya akan pertanian maka dia mencoba untuk menjadi petani. Namun yang didapat? Jangankan dukungan dari pihak keluarga, yang ada malah dikatakan bahwa teman tersebut sudah gagal dan bangkrut di niaga. Sudah sedemikian parahkan stigma petani tersebut? Tak dapatkah mereka berpikir bahwa sektor pertanianlah yang menyelamatkan negeri ini dari kehancuran sewaktu krisis moneter menghantam negara ini. Lalu dengan jalan seperti apa regenerasi petani dapat terwujud?
Dukungan dari pemerintahlah yang dapat melakukannya, Kementerian Pertanian dan Kementerian Pendidikan melakukan program kerjasama atau MoU, agar dalam dunia pendidikan mulai diperkenalkan bagaimana cara bercocok tanam atau minimal mencintai bercocok tanam, jika selama ini para siswa hanya diperkenal produk-produk pertanian tapi tidak dikenalkan bagaimana cara bercocok tanam. Bentuk dari MoU tersebut tidak harus memasukkan di dalam kurikulum yang sekarang ini sudah ada, nanti malah minat siswa untuk belajar merasa bosan dengan pelajaran yang ada sekarang ini saja sudah membuat para siswa jenuh dan bosan. Dengan adanya ekstra kulikuler maka akan lebih mengena dan tepat sasaran, waktunya pun tidak perlu banyak-banyak minimal dalam seminggu 1 jam saja akan menimbulkan kecintaan para siswa mengenai pertanian. Dengan metode atau cara seperti ini sangat efektif untuk rekrutmen generasi petani di kemudian hari, selain itu juga untuk memproteksi laju urbanisasi bahwa untuk berkarya, berhasil dan menjadi orang sukses tidak harus ke kota cukup dengan menjadi petani maka bisa menjadi orang sukses dan berhasil. Program ini akan efektif jika dimulai dari tingkatan sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) dan dilanjutkan di tingkat SMU atau SMK. Agar nantinya merubah stigma atau maind set bahwa setelah lulus sekolah tidak perlu bekerja dikota (bagi yang tidak melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi) yang biasanya belum menjanjikan. Terkadang  begitu sampai di kota bukan pekerjaan yang didapat malah menjadi kriminalitas (preman, copet dan lain-lain). Hanya dengan metode dan cara seperti inilah maka regenarasi petani dapat kita capai agar kita tidak menjadi negara pengimpor produk-produk pertanian di kemudian hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar